Kamis, 02 April 2009

Perlawanan menentang penjajah Belanda


Perlawanan menentang penjajah Belanda

a) Perlawanan melawan VOC

Pada saat VOC berkuasa di Indonesia terjadi beberapa kali perlawanan. Pada tahun 1628 dan 1629, Mataram melancarkan serangan besar-besaran terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung mengirimkan ribuan prajurit untuk menggempur Batavia dari darat dan laut. Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia dibawah pimpinan Sultan Hasanudin. Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa Timur dipimpin oleh Untung Suropati. Sementara Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan perlawanan di daerah Banten.


b) Perlawanan Pattimura ( 1817 )

Belanda melakukan monopoli perdagangan dan memaksa rakyat Maluku menjual hasil rempah-rempah kepada Belanda, menentukan harga rempah-rempah secara semena-mena, melakukan pelyaran Hongi, dan menebangi rempah-rempah milik rakyat. Rakyat Maluku berontak atas perlakuan Belanda. Dipimpin oleh Thomas matulessi yang nantinya terkenal dengan nama Kapten Pattimura, rakyat Maluku melakukan perlawanan pada tahun 1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok, Philip latumahina, Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita Christina Martha Tiahahu. Perang melawan Belanda meluas ke berbagai daerah di Maluku, seperti Ambon, Seram, Hitu dan lain-lain. Belanda mengirim pasukan besar-besaran. Pasukan Pattimura terdesak dan bertahan di Dalam benteng. Akhirnya, Pattimura dan kawan-kawanya tertawan. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di depan benteng Victoria di Ambon.


c) Perang Padri ( 1821-1837)
Perang padri bermula dari pertentangan kaum adat dan kamu agama ( kaum Padri). Kaum padri ingin memurnikan pelaksanaan agama islam. Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat. Terjadilah bentrokan-bentrokan antara keduanya. Karena terdesak, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda. Belanda bersedia membantu kaum adat dengan imbalan sebagaian wilayah Minangkabau. Pasukan Padri dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat diganti oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Padri dengan taktik perang Gerilya, berhasil mengacaukan Belanda. Karena kewalahan, Belanda mengajak berunding. Pada tahun 1925 terjadi gencatan senjata. Belanda mengakui beberapa wilayah sebagai daerah kaum Padri. Perang Padri meletus lagi setelah perang Dipenogoro berakhir. Tahun 1833 terjadi pertempuran hebat di Agam. Tahun 1834 Belanda mengepung pasukan Bonjol. Namun pasukan Padri dapat bertahan sampai dengan tahun 1837. Pada tanggal 25 Oktober 1837, benteng Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau tertangkap dan tertawan.


d) Perang Diponegoro( 1925-1830)
Perang dipenogoro berawal dari kekecewaan Pangeran Diponegoro atas campur tangan Belanda terhadap istana dan tanah tumpah darahnya. Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belandamemasak tongak-tongak untuk membuat rel kereta api melewati makam leluhurnya. Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo meyatakan perang melawan Belanda, tanggal 20 Juli 1825. Diponegoro dibantu oleh Pangeran Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran Ngabehi Jayakusuma sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai panglima perang. Pangeran Diponegoro juga didukung oleh para ulama dan bangsawan. Daerah-daerah lain ikut berjuang melawan Belanda. Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan perang Sabil. Antara tahun 1825-1826 pasukan dipenogoro dapat mendesak pasukan Belanda. Pada tahun 1827, Belanda mendatangkan bantuan dari Sumatera dan Sulawesi. Jendral De cock menerapkan taktik perang benteng stelsel. Taktik ini berhasil mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Banyak pemimpin pasukan Diponegoro gugur dan tertangkap. Namun demikian, pasukan diponegoro tetap gigih. Akhirnya, Belanda mengjak berunding. Dalam perundingan yang diadakan tanggal 28 Maret 1830 Magelang, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda. Beliau diasingkan dan meninggal di Makassar.

e) Perang Banjarmasin ( 1859-1863)
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli perdagangan dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin oleh Pangeran Antasari. Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah.Pada tahun 1862 Hidaytullah dtahan Belanda dan dibuang ke Cianjur. Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Setelah itu perang meletus kembali. Dalam perang itu Pangeran Antasari luka-luka dan wafat.

f) Perang Bali ( 1846-1868)
Penyebab perang Bali adalah Belanda ingin menghapuskan hukum tawan karang dan memaksa raja-raja Bali mengakui kedaulatan Belanda di Bali. Isi hokum tawan karang adalah kerajaan berhak merampas dan menyita barang serta kapal-kapal yang terdampar di pulau Bali. Raja-raja Bali menolak keinginan Belanda. Akhirnya, Belanda menyerang Bali.Belanda melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun 1846, 1848, dan 1849. Rakyat Bali mempertahankan tanah air mereka. Setelah Buleleng dapat ditaklukan, Rakyat Bali mengadakan perang puputan, yaitu berakhir sampai titik darah terakhir. Diantaranya Perang puputan Bandung ( 1906 ), perang puputan Kusumba( 1908 ), dan perang puputan Klungkung ( 1908). Salah satu pemimpin perlawanan rakyat Bali yang terkenal adalah Raja Buleleng dan dibantu oleh Gusti Ketut Jelantik.


g) Perang Sisingamangaraja XII( 1870-1907)
Pada saat Sisingamangaraja memerintah kerajaan Bakra, Tapanuli Sumatera Utara, Belanda dating. Belanda ingin mengusai Tapanuli. Sisingamangaraja beserta rakyat Bakara mengadakan perlawanan. Tahun 1878 Belanda menyerang Tapanuli. Namun pasukan Belanda dapat dihalau oleh rakyat. Pada tahun 1904 Belanda kembali menyerang tanah gayo. Pada saat itu Belanda juga menyerang Danau Toba. Pada tahun 1907, pasukan Belanda menyerang kubu pertahanan pasukan Sisingamangaraja XII di Pakpak. Sisingamangaraja gugur dalam penyerangan itu. Jenazahnya dimakamkan di Tarutung, kemudian dipindahkan Ke Balige.

h) Perang Aceh( 1873-1906)
Sejak terusan Suez dibuka pada tahun 1869 , kedudukan Aceh makin penting baik dari segi strategi perang maupun untuk perdagangan. Belanda ingin menguasai Aceh. Sejak tahun 1873 Belanda menyerang Aceh. Rakyat Aceh mengadakan perlawanan di bawah pemimpin-pemimpin Aceh antara lain panglima Polim, Teuku Cik Ditro, Teuku Ibrahim, Teuku Umar, dan Cut nyak Dien. Meskipun sejak tahun 1879 Belanda dapat menguasai Aceh, namun wilayah pedalaman dan pegunungan dikuasai pejuang-pejuang Aceh. Perang Gerilya membuat pasukan Belanda kewalahan. Belanda menyiasatinya dengan stelsel konsentrasi, yaitu memusatkan pasukannya dapat lebih terkumpul. Belanda mengirim DR.Snouck Hurgronje untuk mempelajari system kemasyarakatan Aceh. Dari penelitian yang dibuatnya, Hurgronje menyimpulkan bahwa kekuatan Aceh terletak pada peran para ulama. Penemuanya dijadikan dasar untuk membuat siasat perang yang baru. Belanda membentuk pasukan gerak cepat ( marchose ) untuk mengejar dan menumpas gerilyawan Aceh. Dengan pasukan marchose Belanda berhasil mematahkan serangan gerilya rakyat Aceh. Tahun 1899, Teuku Umar gugur dalam pertempuran di Meulaboh. Pasukan Cut Nyak Dien yang menyingkir ke hutan dan mengadakan perlawanan juga dapat dilumpuhkan.

1 komentar:

tolong comment ya!

Mengenai Saya

Foto saya
gimana ya? terserah kalian deh

Pengikut